BIOGRAFI  KELUARGA

Mayjen TNI (Purn) Theo Sjafei, lahir di Ujung Pandang (Makassar), 30 Juni 1941 dan meninggal di Jakarta, 29 April 2011. Dia seorang prajurit para komando (Kopassus), infanteri dan intelijen, hingga menjabat Mayor Jenderal dan mengakhiri pengabdian sebagai politisi yang cerdas menyikapi hal-hal strategis. Mayjen Purn. Theo Syafei almarhum pernah duduk di kursi DPR-RI tahun 2004-2009. Ibunya Suismiati juga Purnawirawan Kowad

Sekitar tahun 1995-1996, Theo Sjafei mengambil jalur  politik di PDI pimpinan Megawati Soekarnoputri. Theo Sjafei  dua periode menjabat Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dan tercatat sebagai Anggota DPR-RI F-PDIP dari Dapil Nusa Tenggara Timur 2, 2004-2009. 

AYAH RIZAL RINALDI  DITUDUH ISLAMOPHOBIA

 

Tahun 1998 silam, nama Theo Syafei menjadi buah mulut seantero tanah air, dalam kasus ceramah bernuansa SARA. Ceramahnya di hadapan aktivis gereja di Anyer, Jawa Barat, dan Kupang, Nusa Tenggara Timur dinilai menjelek-jelekkan Islam, Qur'an, dan Presiden (waktu itu) Habibie.

Isi ceramahnya amat pedas. Theo menuduh ICMI dan Muhammadiyah akan membentuk negara Islam. Lalu partai-partai Islam seperti Partai Bulan Bintang, Partai Keadilan, PAN, dll, dituding Theo sebagai bentukan tokoh Golkar, Akbar Tanjung.

Theo  Juga menghina kitab suci umat Islam sebagai kitab yang tipis, tidak seperti Alkitab (Bibel) milik umat Kristen. Kaset rekaman Theo itu menghebohkan karena beredar luas menjelang Tragedi Kupang 30 November 1998. Theo pun dituding sebagai provokator kerusuhan itu, karena Kaset itu disebut-sebut menjadi pemicu kepada sekelompok umat Kristen di Kupang, sehingga merusak dan membakar madrasah, masjid, dan asrama haji. Ribuan warga muslim yang selama ini hidup damai harus mengungsi.

Buntut dari ceramah provokatif itu, Theo Syafei menuai reaksi keras dari berbagai ormas Islam: KISDI, ICMI, HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), KAHMI (Keluarga Alumni HMI), PPMI (Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia), DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia), serta BKSPPI (Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia).

Komentar